Arsip untuk Asmara Alcapon
SURAT CINTA
Sesungguhnya cinta yang suci adalah obat yang mujarab yang mencair di dalamnya kedengkian sebagaimana mencairnya garam dalam air. Cinta abadi adalah tongkat yang menyihir, dimana ia menyihir hati yang membatu dan kering serta karakter-karakter yang membangkang dan culas, lalu ia mengiringnya ke arah yang dikehendakinya.
Baca entri selengkapnya »
Negara Para Pecinta
Sesungguhnya
cinta adalah kerajaan para raja, dimana tunduk kepadanya tawanan para
raja, dan ditetapkan untuknya mahkota mereka, bahkan para raja mengabdi
kepadanya laksana budak.
Jiwa
para raja—yang mereka menguasai jiwa—tunduk kepadanya. Ketika
Jalaluddin menyebutkan kefakiran yang parah dan cinta yang penuh cemburu
ini, maka ia mengalami kegoncangan lalu ia memanggil dengan suara yang
sangat keras: Semoga Allah “memberkati” penyembah materi dan penyembah
fisik dalam kerajaan mereka dan harta mereka, karena kami tidak bersaing
sedikit pun dengan mereka. Yang demikian itu karena kami adalah tawanan
negara cinta yang tidak akan musnah dan tidak akan berubah.
Menurut
pendapatku, inilah kerajaan yang tak tertandingi dan negara yang
dikuasai oleh ulama-ulama Ilahi, tanpa ada pesaing dan penentang. Dengan
kecintaan mereka yang dalam, dan ketertarikan mereka yang sempurna,
serta gelora asmara mereka yang mengebu-ngebu, mereka naik ke “tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuas.” (QS.
al-Qamar: 55) Itu adalah negara yang tidak akan pernah hancur dan
kerajaan yang tidak akan pernah hilang serta cinta abadi yang tidak akan
sirna.
Andaikan Aku Menikahimu…
Aku kan menjadi sahabat terbaikmu dalam menapaki jalan kesempurnaan
Kan ku balut lukamu dan ku hibur laramu
Aku berusaha banyak membuatmu tersenyum
Kan kunyayikan lagu cinta menjelang tidurmu
Kan kususun dogeng paling menggelitik sebagai pengantar tidurmu
Tidak Ada Alasan Untuk Putus Asa
Namun
pecinta yang ambisius tidak selayaknya mengadukan kelalaiannya dan
menghina dirinya dengan beralasan pada ketingggian Sang Kekasih dan
keagungan kedudukan-Nya serta ketidakbutuhan-Nya kepada makhluk. Tidak
sepantasnya ia berkata: “Betapa jauh jarak antara tanah (manusia—pen.)
dan Tuhan Pemelihara!”
Sesungguhnya Kekasih sejati suka untuk dicintai, dan Ia akan menarik kepada-Nya orang-orang yang tertarik. Allah SWT berfirman: “Allah menarik kepada-Nya orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS. asy-Syura’: 13)
Dengan
penuh semangat, ia berani berkata: Jangan engkau mengira bahwa tidak
ada jalan menuju Raja Yang Agung, dan aku adalah hamba yang hina, karena
Raja Yang Mulia memanggil hamba-Nya dan memudahkan baginya bebagai
jalan menuju-Nya.
Secara lahiriah tampak penderitaan dan keletihan namun secara batiniah terdapat obat dari segala penyakit.
Kemudian
ia kembali menyayikan “lagu cinta” ini dan memujinya dalam kegembiraan
dan berkata: Penyakit yang pengobatannya sulit dan penderitanya
mengalami keletihan dan siksaan, namun bila ia mampu bersabar dan
menanggung derita tersebut, maka ia akan mencapai makrifat yang hakiki
dan abadi.
Sesungguhnya
cinta bersumber dari hati yang luka dan hancur. Ia adalah penyakit yang
tidak serupa dengan penyakit lainnya. Meskipun pada dasarnya ia
penyakit, namun ia adalah obat dari segala penyakit psikis dan penyakit
moral: seperti dengki, cinta kedudukan, cinta dunia, dan ketergantungan
kepada hawa nafsu.
Penyakit-penyakit
tersebut cukup melelahkan para dokter, dimana mereka “menyerah” untuk
dapat mengobatinya, namun ia akan sembuh dan hilang dengan “percikan
cinta” ini dengan izin Allah SWT.
Dan
ketika pasien telah sembuh dari penyakit yang ia telah berputus asa
dari kesehatannya dan ia telah mengalami penderitaan panjang, maka ia
akan berteriak dengan penuh kegembiraan: Semoga Allah memberkatimu wahai
cinta yang berat! Wahai dokter penyakitku, wahai obat dari segala
penyakitku!
Hukum-hukum Para Pecinta
Sesungguhnya
para pecinta yang mengorbankan jiwa mereka, yang mata mereka bergadang,
dan kaki mereka tampak kokoh—siang dan malam—di depan pintu Kekasih
mereka, semata-mata mengharap ridha-Nya dan berpaling dari selain-Nya,
tidak dapat diterapkan atas mereka hukum-hukum umum. Atau dengan kata
lain, mereka tidak tunduk terhadap sistem tertentu.
Seorang penyair berkata:
Jika pecinta berbuat satu kesalahan, maka kebaikannya akan datang seribu kali lipat
Jalaluddin ar-Rumi mempunyai perumpamaan yang menarik dalam hal ini, dimana ia berkata:
“Sesungguhnya
suatu desa yang rusak tidak akan dikenakan kepadanya pajak dan upeti.
Begitu juga para pecinta, ketika hati mereka bersemi dengan adanya cinta
kepada Kekasih mereka lalu rusak dengan adanya cinta kepada selain-Nya,
maka terdapat hukum-hukum khusus yang sesuai dengan kedudukan mereka.”
Syahid Cinta
Sesungguhnya
darah yang mengalir di jalan-Nya tidak diragukan kesuciannya. Sebab,
syahid cinta tidak perlu dimandikan. Yang demikian itu karena darah
syuhada lebih baik daripada proses bersuci (thahur).
Menurut
hemat saya, ini adalah ungkapan yang paling indah dan paling dalam.
Maka, apakah ada kesyahidan—dengan berbagai bentuknya—yang menyamai dari
sisi keutamaan dan besarnya pahala kesyahidan para pecinta? Orang-orang
yang mati karena panah cinta, mereka mati sebagai “korban cinta” dalam
rangka membela Kekasih yang menguasai hati mereka. Mereka siap
meniadakan selain-Nya, sehingga mereka menggapai keinginan mereka
setelah mereka mempersembahkan jiwa mereka.
Keunikan Cinta
Sesungguhnya cinta yang suci dan tinggi ini mampu
mengantarkan manusia ke tempat yang tidak bisa dicapai oleh ketaatan dan
mujahadah. Aku tidak melihat ketaatan yang lebih baik dari “dosa” ini
bagi orang yang menamakannya dosa.
Tahun-tahun dan jam-jam yang berlalu tidak sebanding dengan jam-jam cinta; karena amal dengan yang lainnya biasanya menjadi akibat, sedangkan cinta tidak dapat dimasuki oleh sebab apa pun dan tidak menerima penipuan selamanya.
Tahun-tahun dan jam-jam yang berlalu tidak sebanding dengan jam-jam cinta; karena amal dengan yang lainnya biasanya menjadi akibat, sedangkan cinta tidak dapat dimasuki oleh sebab apa pun dan tidak menerima penipuan selamanya.
Pengaruh Cinta
Tampaknya cinta adalah suatu penyakit, namun ia justru menyelamatkan dari setiap penyakit. Jika seseorang menderita penyakit ini maka ia tidak akan pernah mengalami penyakit lain. Ia adalah kesehatan rohani, bahkan hakikat kesehatan, dimana para penggila kenikmatan akan membelinya meskipun dengan mengorbankan kesenangan dan kenyamanan mereka. Sebagian mereka berkata: “Kita berada dalam kenikmatan yang sekiranya para penguasa mengetahuinya niscaya mereka akan menghunuskan pedangnya kepada kami.
Berpegang Teguh Dengan Cinta
Wahai
kekasihku, hendaklah engkau berpegang teguh dengan cinta ini yang abadi
saat segala sesuatu akan musnah. Ia laksana matahari yang tidak akan
hilang dan bunga yang mekar dan tidak pernah layu.
Wahai kekasihku, peganglah erat-erat cinta ini, yang berputar-putar di sisimu dan mampu memuaskan dahagamu.
Hendaklah
engkau memperhatikan cinta ini yang telah dipraktekkan oleh para nabi
dan orang-orang yang bertakwa. Maka, siapa saja yang mendapatkannya
berarti ia mendapatkan semua kebaikan dan siapa saja yang tercegah
darinya maka ia tercegah dari semua kebaikan.
Sesungguhnya
cinta ini berjalan melalui tempat mengalirnya darah, bila ia diletakkan
di tempatnya dan saat ia bertemu dengan keluarganya.
Sesuatu Yang Hilang dan Fana Tidak Layak Dicintai
Pertanyaan
penting yang harus segera dijawab ialah: kepada siapa gerangan cinta
yang merupakan pelita kehidupan dan nilai manusia ini ditujukan?
Sesungguhnya cinta abadi tidak layak ditujukan kepada sesuatu pun
kecuali kepada sesuatu yang abadi, karena ia tidak tepat jika
dinisbatkan kepada sesuatu yang hilang atau fana.
Cinta
itu adalah hak Zat Yang Maha Hidup dan tidak mati, yang memberikan
kehidupan atas semua wujud. Ar-Rumi berargumentasi atas hal tersebut
melalui kisah Nabi Ibrahim as yang terekam dalam Al-Qur’an: “Aku tidak suka kepada sesuatu yang tenggelam (hilang).” (QS. al-An`am: 76)